"Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang" adalah pepatah terkenal di dunia investasi. Tetapi ketika layanan oracle diperluas ke lebih dari 40 blockchain yang berbeda, masalah menjadi lebih kompleks—apakah ini benar-benar diversifikasi risiko, atau justru menempatkan telur dalam 40 keranjang yang berbeda bahan dan kualitasnya tidak pasti, sehingga membuat seluruh jaringan oracle terpapar pada ketidakpastian yang lebih besar?

Tampaknya risiko memang bertambah secara bertingkat. Setiap penambahan dukungan untuk satu blockchain baru berarti harus meng-deploy kontrak pintar baru, berinteraksi dengan lebih banyak node, dan menyesuaikan dengan aturan konsensus serta potensi kerentanannya. Jika salah satu blockchain mengalami rollback, kolapsnya konsensus, atau kontrak diserang, hal ini bisa mempengaruhi layanan oracle di blockchain tersebut, dan selanjutnya berdampak pada aplikasi yang bergantung pada data lintas chain. Logika penumpukan risiko secara linier tampaknya tidak bisa dibantah.

Namun ada satu hal penting yang terabaikan—**ketidaksetaraan dan isolasi keamanan**.

Model keamanan APRO tidak membagi seluruh aset secara merata ke setiap blockchain. Pertahanan utamanya berakar pada sebuah desain jaringan dua lapis yang unik. Lapisan atas adalah eksekusi nyata di berbagai blockchain publik, sementara lapisan bawah memiliki peran kunci—jaringan arbitrase. Lapisan arbitrase ini seperti jangkar kepercayaan terakhir, yang bisa dibangun di atas blockchain dengan tingkat keamanan tertinggi (misalnya Ethereum), atau diperkuat dengan solusi lapisan konsensus seperti Babylon.

Arsitektur seperti ini berarti apa? Risiko dari satu blockchain tidak lagi secara langsung menyebar ke seluruh sistem. Isolasi membatasi ancaman agar tetap lokal, sementara desain berlapis memastikan keamanan berasal dari lapisan dasar yang lebih kokoh. Bahaya sejati bukanlah jumlah blockchain, melainkan seberapa efektif risiko dapat diisolasi dan perlindungan yang diterapkan secara rasional.