The Federal Reserve mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat FOMC tanggal 10 Desember, dengan target kisaran suku bunga dana federal menjadi 3,50%-3,75%. Sekilas ini adalah operasi biasa, tetapi cerita di baliknya jauh lebih kompleks.

Pernyataan Powell setelah rapat patut diperhatikan—dia secara tegas menyatakan bahwa langkah selanjutnya kemungkinan besar bukan kenaikan suku bunga. Kalimat ini terdengar menenangkan, tetapi sebenarnya memberi kejutan dingin ke pasar. Karena prediksi Komite Kebijakan Moneter menunjukkan bahwa pada tahun 2026 kemungkinan hanya akan ada satu kali lagi penurunan suku bunga. Ekspektasi investor terhadap lingkungan pelonggaran yang agresif hampir pasti tidak akan terwujud.

Saat ini, terjadi perpecahan yang jarang terjadi di dalam Federal Reserve. Masalah utamanya terletak pada dua target resmi—penggunaan tenaga kerja penuh dan stabilitas harga—yang kini mengalami konflik langsung yang jarang terjadi sejak tahun 1970-an.

Dalam rapat, muncul tiga suara berbeda:

Kelompok mayoritas mendukung pemotongan 25 basis poin, dengan alasan pasar tenaga kerja sedikit lesu. Tetapi Ketua Fed Chicago Goolsbee dan Ketua Fed Kansas City Schmiedt tidak setuju, mereka mengeluarkan pernyataan keras: sebaiknya tetap di tempat, jangan menurunkan suku bunga, karena risiko inflasi yang lebih besar. Kelompok ini dikenal sebagai "hawkish", dengan sikap yang keras.

Di sisi lain ada anggota Fed, Milan. Dia justru merasa 25 basis poin tidak cukup, dan mengusulkan pemotongan 50 basis poin. Mengapa? Karena dia lebih khawatir tentang keruntuhan tenaga kerja.

Alasan utama dari perbedaan pendapat ini ada dua. Pertama, pandangan yang berbeda tentang inflasi. Tahun ini, kebijakan tarif memang memicu ekspektasi inflasi, tetapi dampaknya lebih lembut dari yang diperkirakan. Ini menyebabkan beberapa orang merasa tidak perlu melakukan pemotongan suku bunga secara agresif.

Perbedaan mendalam lainnya adalah penilaian terhadap kondisi ekonomi saat ini yang sangat berbeda. Ada yang pesimis terhadap tenaga kerja, ada yang pesimis terhadap inflasi, meskipun semua menggunakan data nyata, mereka bisa sampai pada kesimpulan yang sangat bertentangan.

Bagi trader, perpecahan internal ini sebenarnya adalah sinyal—Federal Reserve tidak lagi memiliki satu arah yang konsisten. Ini berarti langkah kebijakan berikutnya berpotensi berbalik, dan pasar perlu memantau perubahan data ekonomi dengan lebih ketat.