Saya baru saja melihat sinyal pasar yang menarik. Pada 26 Desember, sebuah lembaga mengeluarkan peringatan krisis dolar AS, memprediksi bahwa emas dan perak mungkin mengalami kenaikan dalam gelombang 2026, sementara Bitcoin justru dinilai sangat undervalued. Pandangan ini layak kita telusuri lebih dalam.
Pertama, mari kita lihat latar belakang utamanya. Saat ini harga Bitcoin sekitar 90.000 dolar AS, sudah mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan puncaknya dalam sejarah. Jika sistem dolar benar-benar menghadapi tekanan, dan Federal Reserve terus menurunkan suku bunga, maka akan ada banyak dana menganggur di pasar yang perlu mencari jalan keluar. Dalam kondisi seperti ini, aset digital yang terdesentralisasi menjadi sangat menarik—karena tidak bergantung pada satu sistem mata uang tunggal, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh aset keuangan tradisional.
Yang menarik, emas, perak, dan Bitcoin sebenarnya dalam beberapa hal adalah kompetitor. Semuanya digunakan sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang. Tapi, sebagai aset di era digital, Bitcoin memiliki likuiditas yang lebih tinggi, ambang transaksi yang lebih rendah, dan ruang untuk penempatan oleh institusi justru lebih besar. Dari sudut pandang ini, memang ada pendapat yang mengatakan bahwa harga Bitcoin saat ini masih memiliki potensi kenaikan.
Namun, peluang tetap peluang, dan dalam beroperasi harus tetap rasional. Saran saya adalah: perhatikan performa Bitcoin dalam konteks makro saat ini, tapi jangan terburu-buru membeli saat harga sedang tinggi. Strategi yang lebih tepat adalah membeli secara bertahap saat harga turun, bukan langsung menginvestasikan seluruh dana sekaligus. Mengingat pasar selalu penuh ketidakpastian, tidak ada yang bisa memprediksi setiap titik balik secara akurat.
Bagi para investor jangka panjang, jika benar-benar percaya pada ekspektasi depresiasi dolar, menambah posisi Bitcoin secara moderat juga masuk akal. Tapi, syaratnya adalah Anda harus mampu menanggung risiko fluktuasi jangka pendek. Diversifikasi portofolio dan pengelolaan yang rasional adalah cara yang tepat untuk melewati siklus pasar.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
12 Suka
Hadiah
12
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
BTCWaveRider
· 13jam yang lalu
Itu lagi-lagi argumen "Dolar akan runtuh, emas dan perak akan melonjak", tapi kenapa malah melewatkan Bitcoin, bikin ngakak
Beli bertahap saat harga turun adalah strategi utama, jangan terpengaruh oleh otoritas yang mengatakan "sangat undervalued", bisa-bisa malah jadi penampung kerugian
Lihat AsliBalas0
JustAnotherWallet
· 13jam yang lalu
Membeli secara bertahap saat harga turun adalah strategi terbaik, melakukan taruhan besar sekaligus hanya akan membuatmu mudah dikalahkan.
Lihat AsliBalas0
RektHunter
· 13jam yang lalu
Sangat diremehkan? Haha, datang lagi, setiap kali selalu bilang undervalued, begitu saya mau masuk pasar langsung mulai cerita risiko
Lihat AsliBalas0
MainnetDelayedAgain
· 13jam yang lalu
Tunggu, prediksi pada 26 Desember tidak akan terpenuhi hingga 2026? Berapa tahun telah berlalu sejak "peringatan krisis dolar" serupa terakhir, dan menurut database, serangkaian retorika ini memang memiliki siklus fermentasi, dan disarankan untuk dimasukkan ke dalam Guinness Book of Records.
Lihat AsliBalas0
MetaLord420
· 13jam yang lalu
Mengambil peluang saat harga turun secara bertahap memang satu-satunya jalan keluar, yang langsung menghabiskan semua modalnya pasti sudah dipermalukan hahaha
Saya baru saja melihat sinyal pasar yang menarik. Pada 26 Desember, sebuah lembaga mengeluarkan peringatan krisis dolar AS, memprediksi bahwa emas dan perak mungkin mengalami kenaikan dalam gelombang 2026, sementara Bitcoin justru dinilai sangat undervalued. Pandangan ini layak kita telusuri lebih dalam.
Pertama, mari kita lihat latar belakang utamanya. Saat ini harga Bitcoin sekitar 90.000 dolar AS, sudah mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan puncaknya dalam sejarah. Jika sistem dolar benar-benar menghadapi tekanan, dan Federal Reserve terus menurunkan suku bunga, maka akan ada banyak dana menganggur di pasar yang perlu mencari jalan keluar. Dalam kondisi seperti ini, aset digital yang terdesentralisasi menjadi sangat menarik—karena tidak bergantung pada satu sistem mata uang tunggal, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh aset keuangan tradisional.
Yang menarik, emas, perak, dan Bitcoin sebenarnya dalam beberapa hal adalah kompetitor. Semuanya digunakan sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang. Tapi, sebagai aset di era digital, Bitcoin memiliki likuiditas yang lebih tinggi, ambang transaksi yang lebih rendah, dan ruang untuk penempatan oleh institusi justru lebih besar. Dari sudut pandang ini, memang ada pendapat yang mengatakan bahwa harga Bitcoin saat ini masih memiliki potensi kenaikan.
Namun, peluang tetap peluang, dan dalam beroperasi harus tetap rasional. Saran saya adalah: perhatikan performa Bitcoin dalam konteks makro saat ini, tapi jangan terburu-buru membeli saat harga sedang tinggi. Strategi yang lebih tepat adalah membeli secara bertahap saat harga turun, bukan langsung menginvestasikan seluruh dana sekaligus. Mengingat pasar selalu penuh ketidakpastian, tidak ada yang bisa memprediksi setiap titik balik secara akurat.
Bagi para investor jangka panjang, jika benar-benar percaya pada ekspektasi depresiasi dolar, menambah posisi Bitcoin secara moderat juga masuk akal. Tapi, syaratnya adalah Anda harus mampu menanggung risiko fluktuasi jangka pendek. Diversifikasi portofolio dan pengelolaan yang rasional adalah cara yang tepat untuk melewati siklus pasar.