Dengar baik-baik, mereka yang punya uang idle di rekening bank harus mulai waspada. Ini bukan alarm palsu, melainkan kesimpulan yang saya tarik setelah mengulas data selama 3 bulan—simpanan di bank konvensional benar-benar menghadapi risiko. Setelah bertahun-tahun berkecimpung di bidang kripto, saya pernah mengalami pasar beruang di 2018 dan fluktuasi industri di 2022, tapi masalah utang yang menumpuk di keuangan tradisional saat ini jauh melebihi ekspektasi saya.

Pertama, yang paling inti: sistem keuangan global saat ini seperti tali yang tegang. Pada masa suku bunga sangat rendah dari 2020 hingga 2022, siapa yang paling gila-gilaan meminjam uang? Bukan hanya masyarakat umum yang membeli rumah, tetapi juga pemerintah dan perusahaan besar di seluruh dunia adalah "pemegang utang terbesar". Skala utang ini berapa besar? Melebihi 35 triliun dolar AS, dan hampir 40% di antaranya sama sekali tidak memenuhi standar investasi, termasuk obligasi berisiko tinggi.

Sekarang masalahnya adalah suku bunga mulai naik. Di masa lalu, saat suku bunga sangat rendah, para peminjam merasa mereka bisa membayar bunga dengan mudah, tapi sekarang mereka menyadari bahwa mereka hampir tidak mampu membayar bunga. Data yang saya kumpulkan menunjukkan bahwa tahun ini saja, lebih dari 18 perusahaan besar yang tidak kecil lagi mengalami kebangkrutan karena tidak mampu bayar utang—dan ini baru puncaknya.

Lebih parah lagi adalah utang pemerintah. Total utang pemerintah global sudah menembus 100 triliun dolar AS, setara dengan 1,2 kali PDB tahunan dunia. Bank? Bank menjadi pemilik terbesar dari utang-utang ini, memegang sekumpulan surat utang yang kualitasnya meragukan. Secara kasar, jika tingkat default utang perusahaan mencapai 15%, setidaknya 25 bank berpengaruh di pasar internasional di Eropa dan Amerika akan menghadapi kerugian besar. Saat itu, apakah bank-bank ini mampu bertahan bukan lagi keputusan mereka sendiri. Ada yang bilang "Bank sentral akan menyelamatkan pasar", tapi persenjataan bank sentral juga terbatas...