Saya telah tinggal dan mengamati situasi Indonesia, tetapi kerusuhan besar yang terjadi pada 25 Agustus benar-benar mengerikan. Pemicunya adalah masalah tunjangan perumahan anggota parlemen. Menurut media asing, setiap anggota parlemen dapat menerima 50 juta rupiah (sekitar 3.000 Dolar) setiap bulannya. Ini 10 kali lipat dari upah minimum di Jakarta! Dalam keadaan sekarang yang menderita akibat lonjakan harga dan tekanan pengangguran, tunjangan istimewa seperti ini terasa seperti "tidak memahami penderitaan rakyat sama sekali, seperti kelas istimewa yang sewenang-wenang," dan ini menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat.
Pada tanggal 29 Agustus, kerusuhan meningkat dengan cepat. Informasi tentang seorang kurir berusia 21 tahun, Afan Kurniawan, yang dilindas oleh kendaraan lapis baja polisi di lokasi protes menyebar luas. Saat itu, kemarahan meledak di seluruh negeri. Protes yang awalnya biasa berubah menjadi bentrokan kekerasan. Presiden Prabowo Subianto segera mengumumkan pencabutan tunjangan dan pembekuan biaya perjalanan luar negeri bagi anggota parlemen, tetapi pada saat yang sama juga mengeluarkan perintah keras kepada militer dan polisi, membuat situasi di lapangan menjadi sangat buruk.
Tunjangan istimewa pemerintah terungkap, dan warga mengkritik bahwa itu adalah "kelas istimewa" dan turun ke jalan.
Menurut Jakarta Post, semua 580 anggota parlemen Indonesia akan menerima tunjangan perumahan sebesar 50 juta rupiah (sekitar 3.000 Dolar) setiap bulan mulai Oktober 2024. Begitu berita ini tersebar, opini publik menjadi ramai.
Pada 25 Agustus, kelompok mahasiswa dan pekerja turun ke jalan di Jakarta dan memulai protes besar-besaran di depan gedung parlemen. Mereka mengkritik pemerintah yang memberikan "tunjangan" seperti ini meskipun ada situasi inflasi yang tinggi, kenaikan pajak, dan tekanan pengangguran, yang dianggap mengabaikan kehidupan rakyat. Di lokasi protes, terjadi kekacauan besar, dan polisi Indonesia berusaha keras untuk membubarkan dengan menggunakan mobil water cannon dan gas air mata.
Desain kebijakan yang buruk, penjelasan pemerintah semakin menyebabkan kebingungan
Menerima tekanan dari opini publik, DPR Indonesia menjelaskan bahwa tunjangan perumahan akan dihentikan mulai November 2024. Namun, Ketua Puan pada hari yang sama menyatakan bahwa tunjangan tersebut hanya akan diberikan hingga Oktober 2024, yang menimbulkan kontradiksi. Menurut media, jumlah yang diterima oleh anggota DPR dilaporkan setara dengan sewa satu tahun untuk warga biasa, sehingga ketidakpuasan semakin meningkat.
Media asing membandingkan total kompensasi anggota dewan dengan pengeluaran rumah tangga umum, dan menunjukkan ketidakjelasan dalam desain sistem dan komunikasi. Masalah administratif yang seharusnya sederhana ini berkembang menjadi krisis kepercayaan politik.
Kematian pengantar telah memicu kemarahan di seluruh negeri
Pada 29 Agustus, berita bahwa seorang kurir berusia 21 tahun bernama Afan dilindas oleh mobil lapis baja polisi di lokasi protes menyebar, dan protes tersebut dengan cepat meluas menjadi kerusuhan nasional. Warga setempat menyerang markas polisi, dan banyak daerah di Jakarta terjebak dalam keadaan kacau.
Pada akhir pekan tanggal 30 dan 31 Agustus, kerusuhan juga menyebar ke Bali dan Makassar. Di Makassar, gedung dewan daerah terbakar dan 3 orang tewas. Di Jakarta, banyak rumah politisi diserang, termasuk kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga dirusak. TikTok juga menghentikan fungsi siaran langsung di Indonesia untuk mencegah pemicu kekerasan.
Presiden mencabut kebijakan, tetapi mengirim pasukan untuk menekan dengan keras
Setidaknya 5-6 orang tewas, Presiden Prabowo mengumumkan pencabutan tunjangan perumahan dan pembekuan biaya perjalanan luar negeri anggota dewan dari 31 Agustus hingga 1 September. Namun pada saat yang sama, ia memerintahkan militer dan polisi untuk menindak tegas kerusuhan, menekankan bahwa ia "tidak akan memberikan toleransi sama sekali" terhadap pembakaran dan kekerasan. Beberapa tindakan bahkan dikatakan "bernuansa subversif dan teroris."
Sekarang, perhatian masyarakat terfokus pada rincian pelaksanaan "penarikan tunjangan". Apakah akan segera berlaku, apakah tunjangan yang sudah diterima harus dikembalikan, bagaimana membangun sistem yang transparan untuk memulihkan kepercayaan...? Kelompok mahasiswa dan kelompok pengantar barang masih merencanakan protes di masa depan, dan situasi di Indonesia masih belum pasti.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Apa alasan terjadinya kerusuhan di Indonesia? Kematian pengantar dan hak istimewa parlemen telah memicu kemarahan di seluruh negeri.
Saya telah tinggal dan mengamati situasi Indonesia, tetapi kerusuhan besar yang terjadi pada 25 Agustus benar-benar mengerikan. Pemicunya adalah masalah tunjangan perumahan anggota parlemen. Menurut media asing, setiap anggota parlemen dapat menerima 50 juta rupiah (sekitar 3.000 Dolar) setiap bulannya. Ini 10 kali lipat dari upah minimum di Jakarta! Dalam keadaan sekarang yang menderita akibat lonjakan harga dan tekanan pengangguran, tunjangan istimewa seperti ini terasa seperti "tidak memahami penderitaan rakyat sama sekali, seperti kelas istimewa yang sewenang-wenang," dan ini menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat.
Pada tanggal 29 Agustus, kerusuhan meningkat dengan cepat. Informasi tentang seorang kurir berusia 21 tahun, Afan Kurniawan, yang dilindas oleh kendaraan lapis baja polisi di lokasi protes menyebar luas. Saat itu, kemarahan meledak di seluruh negeri. Protes yang awalnya biasa berubah menjadi bentrokan kekerasan. Presiden Prabowo Subianto segera mengumumkan pencabutan tunjangan dan pembekuan biaya perjalanan luar negeri bagi anggota parlemen, tetapi pada saat yang sama juga mengeluarkan perintah keras kepada militer dan polisi, membuat situasi di lapangan menjadi sangat buruk.
Tunjangan istimewa pemerintah terungkap, dan warga mengkritik bahwa itu adalah "kelas istimewa" dan turun ke jalan.
Menurut Jakarta Post, semua 580 anggota parlemen Indonesia akan menerima tunjangan perumahan sebesar 50 juta rupiah (sekitar 3.000 Dolar) setiap bulan mulai Oktober 2024. Begitu berita ini tersebar, opini publik menjadi ramai.
Pada 25 Agustus, kelompok mahasiswa dan pekerja turun ke jalan di Jakarta dan memulai protes besar-besaran di depan gedung parlemen. Mereka mengkritik pemerintah yang memberikan "tunjangan" seperti ini meskipun ada situasi inflasi yang tinggi, kenaikan pajak, dan tekanan pengangguran, yang dianggap mengabaikan kehidupan rakyat. Di lokasi protes, terjadi kekacauan besar, dan polisi Indonesia berusaha keras untuk membubarkan dengan menggunakan mobil water cannon dan gas air mata.
Desain kebijakan yang buruk, penjelasan pemerintah semakin menyebabkan kebingungan
Menerima tekanan dari opini publik, DPR Indonesia menjelaskan bahwa tunjangan perumahan akan dihentikan mulai November 2024. Namun, Ketua Puan pada hari yang sama menyatakan bahwa tunjangan tersebut hanya akan diberikan hingga Oktober 2024, yang menimbulkan kontradiksi. Menurut media, jumlah yang diterima oleh anggota DPR dilaporkan setara dengan sewa satu tahun untuk warga biasa, sehingga ketidakpuasan semakin meningkat.
Media asing membandingkan total kompensasi anggota dewan dengan pengeluaran rumah tangga umum, dan menunjukkan ketidakjelasan dalam desain sistem dan komunikasi. Masalah administratif yang seharusnya sederhana ini berkembang menjadi krisis kepercayaan politik.
Kematian pengantar telah memicu kemarahan di seluruh negeri
Pada 29 Agustus, berita bahwa seorang kurir berusia 21 tahun bernama Afan dilindas oleh mobil lapis baja polisi di lokasi protes menyebar, dan protes tersebut dengan cepat meluas menjadi kerusuhan nasional. Warga setempat menyerang markas polisi, dan banyak daerah di Jakarta terjebak dalam keadaan kacau.
Pada akhir pekan tanggal 30 dan 31 Agustus, kerusuhan juga menyebar ke Bali dan Makassar. Di Makassar, gedung dewan daerah terbakar dan 3 orang tewas. Di Jakarta, banyak rumah politisi diserang, termasuk kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga dirusak. TikTok juga menghentikan fungsi siaran langsung di Indonesia untuk mencegah pemicu kekerasan.
Presiden mencabut kebijakan, tetapi mengirim pasukan untuk menekan dengan keras
Setidaknya 5-6 orang tewas, Presiden Prabowo mengumumkan pencabutan tunjangan perumahan dan pembekuan biaya perjalanan luar negeri anggota dewan dari 31 Agustus hingga 1 September. Namun pada saat yang sama, ia memerintahkan militer dan polisi untuk menindak tegas kerusuhan, menekankan bahwa ia "tidak akan memberikan toleransi sama sekali" terhadap pembakaran dan kekerasan. Beberapa tindakan bahkan dikatakan "bernuansa subversif dan teroris."
Sekarang, perhatian masyarakat terfokus pada rincian pelaksanaan "penarikan tunjangan". Apakah akan segera berlaku, apakah tunjangan yang sudah diterima harus dikembalikan, bagaimana membangun sistem yang transparan untuk memulihkan kepercayaan...? Kelompok mahasiswa dan kelompok pengantar barang masih merencanakan protes di masa depan, dan situasi di Indonesia masih belum pasti.