Bitcoin sebagai sebuah Uang Virtual, mekanisme Penambangan di baliknya telah memicu kontroversi yang luas. Setiap hari sekitar 450 koin Bitcoin ditambang, dengan total nilai lebih dari 3,5 miliar Yuan Tiongkok, tetapi lebih dari 90% dari biaya tersebut digunakan untuk membayar biaya listrik. Proses yang mengubah energi dunia nyata menjadi aset digital yang tidak dapat diubah di dunia virtual ini dapat dianggap sebagai "alkimia digital" modern.
Logika inti dari Bitcoin dibangun di atas penggunaan energi dari dunia fisik untuk memastikan keamanan dan ketidakubahannya dari uang virtual. Namun, pola ini juga menjadi fokus kontroversi. Menurut data dari Universitas Cambridge pada tahun 2021, konsumsi listrik tahunan Bitcoin telah melampaui negara-negara seperti Swedia dan Ukraina, menghasilkan sekitar 69 juta ton emisi karbon setiap tahun.
Penambangan Bitcoin di seluruh dunia dapat digambarkan sebagai sebuah "kompetisi matematika yang brutal". Banyak Rig Penambangan ASIC melakukan perhitungan tanpa henti selama 24 jam, meskipun perhitungan ini sendiri tidak memiliki kegunaan praktis, tetapi dapat membuktikan bahwa para penambang telah mengeluarkan biaya yang nyata. Karakteristik konsumsi energi yang tinggi ini membuat lokasi penambangan harus bermigrasi seperti "burung digital" ke daerah dengan biaya listrik yang lebih rendah.
Namun, perilaku ini juga memicu serangkaian masalah. Misalnya, Iran mengalami pemadaman listrik di ibu kotanya akibat penambangan massal, sementara Mongolia Dalam di China menutup proyek penambangan dengan alasan "pemborosan energi". Selain itu, tindakan para penambang yang membeli kartu grafis dalam jumlah besar juga menyebabkan harga kartu grafis global melonjak, mengganggu "hukum Moore" di industri perangkat keras.
Pandangan orang-orang tentang apakah konsumsi energi yang begitu besar untuk Bitcoin itu sepadan sangat berbeda. Pendukung berpendapat bahwa ini adalah "harga yang diperlukan untuk aset revolusioner", menekankan bahwa Bitcoin memiliki keuntungan seperti anti-inflasi dan kemudahan transfer lintas batas. Sementara itu, para kritikus menganggapnya sebagai "fatamorgana", berpendapat bahwa para peserta hanya bertaruh bahwa mereka tidak akan menjadi orang terakhir yang mengambil risiko.
Bitcoin pada dasarnya adalah eksperimen yang dibangun dengan energi, yang berusaha mengeksplorasi "seberapa banyak cerita kode dan konsensus bisa bernilai". Hasil eksperimen ini belum diketahui, tetapi telah memicu pemikiran mendalam kita tentang penggunaan energi, perlindungan lingkungan, dan sistem kepercayaan di masa depan.
Apapun apakah Anda tertarik pada perkembangan masa depan "alkimia digital" ini atau ingin membahas keseimbangan antara konsumsi energi dan penciptaan nilai, ini adalah topik yang layak untuk dieksplorasi lebih dalam.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Bitcoin sebagai sebuah Uang Virtual, mekanisme Penambangan di baliknya telah memicu kontroversi yang luas. Setiap hari sekitar 450 koin Bitcoin ditambang, dengan total nilai lebih dari 3,5 miliar Yuan Tiongkok, tetapi lebih dari 90% dari biaya tersebut digunakan untuk membayar biaya listrik. Proses yang mengubah energi dunia nyata menjadi aset digital yang tidak dapat diubah di dunia virtual ini dapat dianggap sebagai "alkimia digital" modern.
Logika inti dari Bitcoin dibangun di atas penggunaan energi dari dunia fisik untuk memastikan keamanan dan ketidakubahannya dari uang virtual. Namun, pola ini juga menjadi fokus kontroversi. Menurut data dari Universitas Cambridge pada tahun 2021, konsumsi listrik tahunan Bitcoin telah melampaui negara-negara seperti Swedia dan Ukraina, menghasilkan sekitar 69 juta ton emisi karbon setiap tahun.
Penambangan Bitcoin di seluruh dunia dapat digambarkan sebagai sebuah "kompetisi matematika yang brutal". Banyak Rig Penambangan ASIC melakukan perhitungan tanpa henti selama 24 jam, meskipun perhitungan ini sendiri tidak memiliki kegunaan praktis, tetapi dapat membuktikan bahwa para penambang telah mengeluarkan biaya yang nyata. Karakteristik konsumsi energi yang tinggi ini membuat lokasi penambangan harus bermigrasi seperti "burung digital" ke daerah dengan biaya listrik yang lebih rendah.
Namun, perilaku ini juga memicu serangkaian masalah. Misalnya, Iran mengalami pemadaman listrik di ibu kotanya akibat penambangan massal, sementara Mongolia Dalam di China menutup proyek penambangan dengan alasan "pemborosan energi". Selain itu, tindakan para penambang yang membeli kartu grafis dalam jumlah besar juga menyebabkan harga kartu grafis global melonjak, mengganggu "hukum Moore" di industri perangkat keras.
Pandangan orang-orang tentang apakah konsumsi energi yang begitu besar untuk Bitcoin itu sepadan sangat berbeda. Pendukung berpendapat bahwa ini adalah "harga yang diperlukan untuk aset revolusioner", menekankan bahwa Bitcoin memiliki keuntungan seperti anti-inflasi dan kemudahan transfer lintas batas. Sementara itu, para kritikus menganggapnya sebagai "fatamorgana", berpendapat bahwa para peserta hanya bertaruh bahwa mereka tidak akan menjadi orang terakhir yang mengambil risiko.
Bitcoin pada dasarnya adalah eksperimen yang dibangun dengan energi, yang berusaha mengeksplorasi "seberapa banyak cerita kode dan konsensus bisa bernilai". Hasil eksperimen ini belum diketahui, tetapi telah memicu pemikiran mendalam kita tentang penggunaan energi, perlindungan lingkungan, dan sistem kepercayaan di masa depan.
Apapun apakah Anda tertarik pada perkembangan masa depan "alkimia digital" ini atau ingin membahas keseimbangan antara konsumsi energi dan penciptaan nilai, ini adalah topik yang layak untuk dieksplorasi lebih dalam.