Baru-baru ini, sebuah prediksi tentang kemungkinan The Federal Reserve (FED) memulai siklus penurunan suku bunga pada September 2025 telah memicu diskusi luas di kalangan dunia keuangan. Prediksi ini datang dari strategis Credit Mutuel Asset Management, Francois Rimeu, yang berpendapat bahwa siklus penurunan suku bunga ini mungkin akan berlangsung hingga 2027. Logika ekonomi dan dampak potensial yang terkandung dalam pandangan ini layak untuk kita bahas lebih dalam.
Rimeu menunjukkan bahwa lemahnya aktivitas ekonomi dan pasar tenaga kerja adalah faktor utama yang mendorong The Federal Reserve (FED) untuk mempertimbangkan kebijakan pelonggaran moneter besar-besaran. Baru-baru ini, beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang lemah: Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor manufaktur terus lesu, pertumbuhan pengeluaran konsumen tertekan, dan niat investasi perusahaan juga menjadi hati-hati karena ketidakpastian prospek ekonomi.
Meskipun tingkat pengangguran tetap berada pada level yang rendah, kualitas dan keberlanjutan pasar kerja telah menunjukkan beberapa sinyal yang mengkhawatirkan. Proporsi pekerjaan paruh waktu meningkat, laju partisipasi tenaga kerja tumbuh lambat, dan di beberapa sektor bahkan terjadi pemutusan hubungan kerja atau penangguhan perekrutan. Kondisi pasar kerja yang tampaknya stabil namun sebenarnya rapuh ini mungkin mendorong The Federal Reserve (FED) untuk menurunkan suku bunga guna meredakan tekanan operasional perusahaan, untuk mencegah situasi ketenagakerjaan semakin memburuk.
Mengenai jalur konkret penurunan suku bunga, para ahli memprediksi bahwa The Federal Reserve (FED) mungkin akan mengambil pendekatan multi-tahap, secara bertahap mengatur suku bunga ke tingkat keseimbangan jangka panjang. Strategi penurunan suku bunga yang bertahap ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan antara stimulus ekonomi dan stabilitas keuangan, menghindari gejolak pasar akibat pergeseran kebijakan yang terlalu agresif.
Perlu dicatat bahwa proyeksi siklus penurunan suku bunga yang begitu lama mencerminkan kekhawatiran para ahli tentang prospek pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, proyeksi ini juga memiliki ketidakpastian, arah kebijakan yang sebenarnya akan bergantung pada perubahan data ekonomi dan evolusi lingkungan keuangan global.
Bagaimanapun, prediksi ini memberikan informasi referensi yang penting bagi investor dan pembuat kebijakan. Ini mengingatkan kita untuk memperhatikan perubahan indikator ekonomi dengan cermat dan mempertimbangkan penyesuaian kebijakan moneter yang potensial saat merumuskan strategi investasi jangka panjang. Sementara itu, ini juga menyoroti kompleksitas dalam perumusan kebijakan ekonomi, serta pentingnya untuk tetap fleksibel dalam merespons lingkungan ekonomi global yang terus berubah.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Baru-baru ini, sebuah prediksi tentang kemungkinan The Federal Reserve (FED) memulai siklus penurunan suku bunga pada September 2025 telah memicu diskusi luas di kalangan dunia keuangan. Prediksi ini datang dari strategis Credit Mutuel Asset Management, Francois Rimeu, yang berpendapat bahwa siklus penurunan suku bunga ini mungkin akan berlangsung hingga 2027. Logika ekonomi dan dampak potensial yang terkandung dalam pandangan ini layak untuk kita bahas lebih dalam.
Rimeu menunjukkan bahwa lemahnya aktivitas ekonomi dan pasar tenaga kerja adalah faktor utama yang mendorong The Federal Reserve (FED) untuk mempertimbangkan kebijakan pelonggaran moneter besar-besaran. Baru-baru ini, beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang lemah: Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor manufaktur terus lesu, pertumbuhan pengeluaran konsumen tertekan, dan niat investasi perusahaan juga menjadi hati-hati karena ketidakpastian prospek ekonomi.
Meskipun tingkat pengangguran tetap berada pada level yang rendah, kualitas dan keberlanjutan pasar kerja telah menunjukkan beberapa sinyal yang mengkhawatirkan. Proporsi pekerjaan paruh waktu meningkat, laju partisipasi tenaga kerja tumbuh lambat, dan di beberapa sektor bahkan terjadi pemutusan hubungan kerja atau penangguhan perekrutan. Kondisi pasar kerja yang tampaknya stabil namun sebenarnya rapuh ini mungkin mendorong The Federal Reserve (FED) untuk menurunkan suku bunga guna meredakan tekanan operasional perusahaan, untuk mencegah situasi ketenagakerjaan semakin memburuk.
Mengenai jalur konkret penurunan suku bunga, para ahli memprediksi bahwa The Federal Reserve (FED) mungkin akan mengambil pendekatan multi-tahap, secara bertahap mengatur suku bunga ke tingkat keseimbangan jangka panjang. Strategi penurunan suku bunga yang bertahap ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan antara stimulus ekonomi dan stabilitas keuangan, menghindari gejolak pasar akibat pergeseran kebijakan yang terlalu agresif.
Perlu dicatat bahwa proyeksi siklus penurunan suku bunga yang begitu lama mencerminkan kekhawatiran para ahli tentang prospek pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, proyeksi ini juga memiliki ketidakpastian, arah kebijakan yang sebenarnya akan bergantung pada perubahan data ekonomi dan evolusi lingkungan keuangan global.
Bagaimanapun, prediksi ini memberikan informasi referensi yang penting bagi investor dan pembuat kebijakan. Ini mengingatkan kita untuk memperhatikan perubahan indikator ekonomi dengan cermat dan mempertimbangkan penyesuaian kebijakan moneter yang potensial saat merumuskan strategi investasi jangka panjang. Sementara itu, ini juga menyoroti kompleksitas dalam perumusan kebijakan ekonomi, serta pentingnya untuk tetap fleksibel dalam merespons lingkungan ekonomi global yang terus berubah.