
Dalam jaringan blockchain, node adalah perangkat komputasi yang menjalankan perangkat lunak blockchain dan berperan aktif dalam operasi jaringan. Secara kolektif, perangkat-perangkat ini menjaga keamanan serta sifat desentralisasi jaringan dengan menyimpan salinan lengkap ataupun parsial dari blockchain, serta mengikuti aturan konsensus untuk memvalidasi dan mendistribusikan transaksi. Node menjadi komponen inti infrastruktur blockchain, memastikan jaringan beroperasi secara trustless tanpa kendali satu entitas saja.
Konsep node berasal dari komputasi terdistribusi, namun mendapatkan definisi dan peran baru setelah teknologi blockchain hadir. Pada awal kemunculan Bitcoin, hanya ada beberapa node yang berpartisipasi, sementara jaringan blockchain besar saat ini memiliki ribuan node yang tersebar di seluruh dunia. Struktur distribusi ini memastikan, bahkan ketika beberapa node offline atau mengalami serangan, jaringan tetap berjalan dengan aman, menampilkan ketahanan dan perlindungan dari sensor pada sistem blockchain.
Secara teknis, node blockchain menjalankan beberapa fungsi utama: memastikan keabsahan transaksi dan blok, menyiarkan transaksi yang sudah diverifikasi ke node lain, berpartisipasi dalam mekanisme konsensus untuk menentukan transaksi yang akan ditambahkan ke blockchain, serta menyimpan dan mengelola data blockchain. Berdasarkan peran dan hak aksesnya, node dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe: full node menyimpan seluruh data blockchain dan memverifikasi seluruh aturan, light node hanya menyimpan sebagian data terutama untuk verifikasi transaksi, mining node (pada jaringan proof-of-work) atau validator node (di jaringan proof-of-stake) secara langsung terlibat dalam proses pembentukan blok.
Walaupun node menjadi pilar utama jaringan blockchain, pengoperasian node menghadapi berbagai tantangan. Pertama, seiring pertumbuhan data blockchain, kebutuhan kapasitas penyimpanan semakin besar, sehingga mempersulit partisipasi pengguna biasa. Kedua, desain blockchain tertentu dapat menyebabkan sentralisasi node, seperti terbentuknya mining pool skala besar pada jaringan Bitcoin. Selain itu, aspek teknis seperti latensi jaringan, keterbatasan bandwidth, dan kerusakan perangkat keras dapat menurunkan performa node. Yang lebih krusial, celah keamanan pada perangkat lunak node dapat dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga mengancam keamanan jaringan.
Distribusi node yang luas serta partisipasi aktif menjadi landasan utama kelangsungan operasi jaringan blockchain. Dengan mendorong lebih banyak node independen untuk bergabung, proyek-proyek blockchain dapat memperkuat desentralisasi serta meningkatkan keamanan jaringan. Bersamaan dengan kemajuan teknologi, operasional node diprediksi akan semakin efisien dan mudah digunakan di masa depan, menurunkan hambatan partisipasi sekaligus memperluas keterlibatan dan daya tahan jaringan blockchain.


