
Basis poin (bps) merupakan satuan pengukuran presisi yang digunakan di pasar keuangan untuk menunjukkan perubahan pada suku bunga, imbal hasil, atau metrik keuangan lainnya, di mana 1 basis poin setara dengan 0,01% (seperseratus persen). Satuan ini umum digunakan di pasar cryptocurrency maupun pasar keuangan tradisional, terutama ketika menggambarkan pergerakan harga yang kecil namun signifikan. Trader, investor, dan analis dapat melakukan analisis pasar dan penilaian risiko secara akurat berkat presisi perubahan persentase yang diberikan oleh basis poin, terutama di tengah volatilitas tinggi pasar aset digital.
Basis poin memiliki aplikasi praktis yang penting di pasar cryptocurrency, terutama dalam aspek berikut:
Deskripsi biaya trading: Bursa cryptocurrency biasanya menggunakan basis poin untuk menyatakan biaya trading, misalnya biaya 10 bps berarti biaya trading sebesar 0,1%.
Ekspresi imbal hasil: Di protokol DeFi (Decentralized Finance), tingkat pinjaman, imbal hasil staking, dan imbal hasil lainnya sering dinyatakan dalam basis poin, khususnya saat menggambarkan nilai kecil seperti imbal hasil harian.
Analisis volatilitas harga: Saat analis membahas fluktuasi harga harian pada cryptocurrency utama seperti Bitcoin atau Ethereum, basis poin memberikan standar pengukuran yang lebih presisi.
Penyesuaian parameter on-chain: Dalam proposal tata kelola blockchain, penyesuaian parameter protokol yang spesifik sering dinyatakan dalam basis poin, seperti perubahan tingkat inflasi atau imbalan staking.
Penggunaan basis poin sebagai satuan pengukuran di ekosistem cryptocurrency juga menghadapi berbagai tantangan khusus:
Perbedaan pemahaman: Peserta baru di pasar crypto mungkin belum mengenal konsep basis poin sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap data pasar atau saran investasi.
Risiko presisi: Perubahan harga besar pada aset yang sangat volatil jika dinyatakan dalam basis poin bisa menghasilkan angka yang sangat besar, sehingga dapat mengurangi pemahaman intuitif.
Tantangan perbandingan lintas pasar: Kebiasaan penggunaan basis poin di pasar keuangan tradisional dan crypto berbeda. Bias kognitif dapat muncul saat analis membandingkan pasar tradisional dan crypto.
Kompleksitas perhitungan: Dalam lingkungan trading yang cepat, mengonversi basis poin ke persentase aktual membutuhkan kalkulasi tambahan secara mental. Hal ini berpotensi memperlambat pengambilan keputusan.
Seiring dengan tumbuhnya pasar cryptocurrency, prospek aplikasi basis poin semakin luas:
Standarisasi penggunaan: Dengan semakin banyaknya investor institusional di pasar crypto, basis poin akan semakin diterima dan digunakan sebagai satuan pengukuran standar.
Manajemen risiko yang lebih detail: Basis poin akan memainkan peran penting di pasar derivatif, penetapan harga opsi, dan model manajemen risiko, terutama dalam mendeskripsikan volatilitas tersirat dan premium risiko.
Integrasi smart contract: Protokol DeFi dapat mulai memanfaatkan basis poin langsung sebagai parameter di smart contract. Hal ini memungkinkan penyesuaian protokol dilakukan dengan lebih presisi.
Penyajian harga antar-chain: Dengan kemajuan teknologi lintas-chain, basis poin berpotensi menjadi bahasa standar untuk mendeskripsikan hubungan harga antar aset blockchain yang berbeda. Ini memudahkan likuiditas lintas-chain dan penemuan harga.
Standar pelaporan regulasi: Seiring terbangunnya kerangka regulasi crypto, basis poin dapat diadopsi sebagai satuan standar untuk mendeskripsikan pergerakan pasar dalam laporan resmi dan dokumen kepatuhan.
Basis poin sebagai satuan pengukuran presisi sangat penting untuk perkembangan pasar cryptocurrency yang sehat. Basis poin memungkinkan pendeskripsian pergerakan pasar secara jelas dan detail, sehingga investor dapat memahami dinamika dan mengambil keputusan yang lebih tepat. Ketika industri cryptocurrency semakin terintegrasi dengan sistem keuangan arus utama, penggunaan istilah profesional ini akan semakin meluas dan turut menghubungkan keuangan tradisional dengan aset digital. Presisi basis poin membantu meningkatkan transparansi pasar dan mengurangi asimetri informasi. Hal ini juga mendukung efisiensi operasional serta alokasi modal yang rasional.


